PUNCAK 1 ABAD RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO SINGKAWANG
Singkawang
– Hari ini, sabtu (30/30/2017), puncak perayaan 1 abad atau 100 tahun Rumah
Sakit Alverno Singkawang. Tema puncak perayaan ini adalah “Mengasihi penderita
kusta `orang miskin dari Allah yang baik”. Acara ini diawali dengan Misa Syukur
Perayaan 100 Tahun RSK Alverno Singkawang di komplek RSK Alverno, jalan Gunung
Sari, kelurahan Pasiran, kecamatan Singkawang Barat. Misa syukur ini
dipersembahkan oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, Pr sebagai
konselebran utama dan didampingi oleh Uskup Emeritus, Hieronimus Bumbun,
OFMCap, serta 4 pastor Kapusin lainnya. Pukul 09.00 WIB, Misa dimulai dengan
perarakan meriah yang diawali dengan para penari Dayak. Misa syukur ini
didukung oleh paduan suara (koor) asrama Suster Singkawang, pimpinan Bp Simon.
Ada 1000 lebih umat yang menghadiri Misa syukur ini. Pada kata pembukaan, Mgr
Agus mengisahkan tentang awal berdirinya RSK Alverno Singkawang. Pada tahun
1906, para suster SFIC dating di Singkawang dan pada saat itu mendapati
sekelompok orang kusta yang hidupnya terasing dan tersebar di hutan. Mereka
tinggal di pondok-pondok yang sangat memprihatinkan di sekitar gunung Sari.
Pastor Kapusin mengunjung mereka secara rutin untuk pelayanan rohani mereka. Pada
tanggal 27 September 2017, sebuah kapel kecil dan ruang perawatan luka yang
menjadi cikal bakal RSK Alverno, diberkati. Setiap hari, Suster Cayetana van
Tiel berjalan kaki dari Singkawang untuk merawat para penderita kusta. Setiap
sore, dia pulang ke komunitas setelah mensterilkan diri di sebuah ruang kecil.
Pada tahun 1925, dia tinggal dan menetap di biara di komplek rumah sakit. Saat
itu, penderita kusta merupakan penyakit yang sangat ditakuti. Maka, mereka
membangun pagar di sekeliling komplek untuk mengasingkan diri dari dunia luar.
Para misionaris begitu berat perjuangannya dalam menangani karya kasih yang
luar biasa ini, ketebatasan dana, tenaga, dan resiko ketularan karena
pengobatan yang masih sangat sederhana. Berkat kasih Tuhan Yesus, mereka bisa bertahan
sampai saat ini. Lembaran baru akan ditorehkan setelah perjalanan panjang.
Kini, kita menatap ke depan sambil berharap kepada Tuhan. Berani untuk bangkit,
dan mempersiapkan diri untuk pelayanan yang lebih baik. Misa syukur berakhir
pada pukul 11.00 WIB. Sembari menunggu gubernur Kalimantan Barat dan rombongan,
umat dihibur dengan beberapa kesenian, yaitu: tarian Dayak, dan lagu-lagu.
Sekitar
pukul 12.00, Gubernur KalBar Cornelis, Uskup Agung Emiritus Mgr Hieronimus
Bumbun, Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus, Walikota Singkawang Awang
Ishak, Walikota Singkawang terpilih Tjai Tjui Mie, Bupati Bengkayang Suryadman
Gidot, Anggota DPD RI Maria Goreti dan tamu undangan lainnya memasuki tempat
parayaan puncak 100 tahun RSK Alverno. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Selanjutnya, ketua panitia, Drs Titus Pramana, M.Pd diberi
kesempatan untuk menyampaikan kata sambutan. Titus mengatakan bahwa berdirinya
Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang karena pada awal-awal kemerdekaan,
Pemerintah Indonesia belum mampu membangun rumah sakit pemerintah yang baru
untuk memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kalimantan Barat. "Berdasarkan keadaan tersebut pemerintah
dalam hal ini Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan kerja sama
dengan Vikariat Apostolik Pontianak dalam pengelolaan rumah sakit-rumah sakit
milik misi katolik yang berada di Kalimantan Barat antara lain Rumah Sakit
Sungai Jawi-Pontianak, Rumah Sakit Santa Elisabeth-Sambas, Rumah Sakit Santo
Vincentius-Singkawang, Poli Klinik Nyarumkop dan Rumah Sakit Kusta Alverno-
Singkawang." jelas Titus. Kata Titus pula, sebagai bentuk kerjasama
tersebut maka pada 27 Oktober 1954 diterbitkan Surat Perjanjian dengan Akte
Notaris No. 189 yang ditandatangani oleh Lie Kiat Teng dari Kementrian
Kesehatan RI dan Mgr. Van Valenberg
dari Vikariat Apostolik Pontianak
pemilik Rumah Sakit. Dengan demikian Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang
secara operasional menjadi tanggung jawab pemerintah, namun kepemilikan rumah
sakit tersebut adalah Vikariat Apostolik (sekarang Keuskupan Agung) Pontianak. Semenjak
itulah pemerintah memberikan subsidi
berupa biaya operasional, sarana dan prasarana, tenaga medis, paramedis,
serta biaya pemeliharaan, walaupun masih belum mencukupi. Oleh karena itu pihak
Keuskupan Agung Pontianak masih harus menyediakan tenaga paramedis dan non
medis serta turut berperan serta secara
aktif dalam pendanaan baik secara rutin maupun dalam bentuk proyek. Sebagian
dari rumah sakit tersebut kini pengelolaannya sudah dikembalikan kepada
pemiliknya yaitu Keuskupan Agung Pontianak. Dijelaskan Titus juga, semenjak
berdirinya Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang hingga saat ini dalam
memberikan perawatan dan pengobatannya kepada pasien tidak memungut biaya
apapun. Kini pelayanan Rumah Sakit Kusta Alverno tidak sebatas memberi
pengobatan dan perawatan kepada pasiennya tetapi lebih dari itu, pihak rumah
sakit (bersama dengan Departemen Sosial) juga memberikan pemukiman dan bantuan
penghidupan serta bantuan biaya sekolah anak-anak dari para penyandang kusta. Pada
1985 bekerjasama dengan Departemen sosial, Rumah Sakit Kusta Alverno membangun
pemukiman untuk eks penderita kusta di Desa Hok Lo Nam (Norio) yang kemudian
sebagian berpindah ke Desa Pakunam mengingat lokasinya tidak layak huni dan
tidak bisa untuk bercocok tanam. Sedangkan pemukiman di sekitar Rumah Sakit
Kusta Alverno dan Roban adalah hasil usaha rumah sakit dengan bantuan para
donatur yang bersedia membantu. Komplek pemukiman Roban dibangun mulai dari
tahun 1956 dan terus bertambah. Pada tahun 1980/1981 mendapat bantuan dari
Canada. Komplek pemukiman bagi penderita kusta kini tersebar dalam 4 lokasi
yaitu di : Sekitar Rumah Sakit (± 9 hektar), Roban, Pakunam (± 10 hektar), dan
Hok Lo Nam. Program-program pemerintah yang menyangkut pelayanan dan
peningkatan kesehatan masyarakat juga banyak menyentuh keberadaan dan kegiatan
rumah sakit ini. Mulai tahun 1993 hingga sekarang mendapat bantuan dana
Operasional Pemeliharan Rumah Sakit (OPRS) dari pemerintah yang dipergunakan
untuk rehabilitasi gedung, menambah pengadaan / perawatan sarana lain serta
penyuluhan tentang penyakit kusta. Departemen Tenaga Kerja juga
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan keterampilan bagi eks penderita kusta di
antaranya kursus menjahit, mengelas, pertukangan, dan perbengkelan. "Dalam
perjalanannya Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang mendapat perhatian dan
sumbangan baik berbentuk tenaga, dana, sarana dan prasarana serta pemikiran dan
pembinaan kerohanian dari berbagai pihak. Untuk itu pantaslah Rumah Sakit Kusta
Alverno Singkawang mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu, yakni pemerintah, para dokter, donatur, dan semua pihak yang
peduli dengan penderita kusta." kata Titus.
Dalam
sambutannya, Gubernur KalBar, Cornrlis mengatakan bahwa penyakit kusta sering
dianggap penyakit yang menjijikan. Tak jarang penderitanya dikucilkan atau
dijauhi oleh keluarga maupun warga. Padahal penyakit kulit itu bisa
disembuhkan. Gubernur Drs. Cornelis, MH mengimbau masyarakat agar tidak
mengucilkan penderita kusta. “Jangan malu mengakui kalau memang terkena kusta,
biar segera ditangani. Jangan mengucilkan yang terkena kusta, apalagi
diasingkan Menurut Cornelis, mengatasi penyakit kusta di Kalbar, dirinya akan
membuat edaran kepada bupati dan wali kota agar penderita dibawa ke Rumah Sakit
Alverno. Kemudian membantu biaya operasinya. Rumah sakit ini satu-satunya di
Kalbar milik yayasan Katolik, menangani penyakit, khususnya kusta. “Saya
mengucapkan terima kasih kepada yayasan yang sudah melaksanakan tugas
kemanusiaan, tidak memandang suku, ras dan golongan. Saya akan melaporkan
kepada Kementerian Kesehatan, di Kalbar satu-satunya Rumah Sakit Kusta berada
di Kota Singkawang,” katanya. “Kita akan bicarakan dengan Kementerian
Kesehatan, bahwa pemreintah belum menyediakan rumah sakit kusta di Kalbar,”
sambung Cornelis. Walaupun terbatas, mantan Camat Menjalin, Landak itu
mengungkapkan, Pemprov Kalbar masih membantu Rumah Sakit Kusta Alverno sejak
2016 hingga 2017, terutama berupa obat-obatan. Mantan Bupati Landak itu juga
berterima kasih kepada yayasan, karena sudah punya iman pengharapan dan kasih.
“Adanya rumah sakit ini didorong oleh iman pengharapan dan kasih,” jelas
Cornelis. Cornelis mengaku, Gereja Katolik di Kalbar baru ada sekitar 110 tahun
yang lalu. Namun sudah bermanfaat bagi rakyat Kalbar. “Terima kasih kepada
suster, bruder, pastor, uskup yang telah berkarya untuk rakyat Kalimantan
Barat. Saya mohon pengelola rumah sakit ini tidak komersial, tetapi pekerja
sosial. Tingkatkan kinerja yang baik, kami pemerintah merasa terbantu,”
ungkapnya.
Selanjutnya,
jajaran direksi RSK Alverno dan para Suster SFIC menyanyikan 3 lagu rohani di
atas panggung. Panitia menyediakan tempayan dana di atas panggung. Direktur RSK
Alverno, dr. Barita mengatakan bahwa dana tersebut akan disumbangkan untuk
operasional kegiatan RSK Alverno. Beberapa pejabat dan undangan yang hadir,
tampak memberikan dana sumbangan dengan antusias. Acara ditutup dengan santap
siang bersama. Profisiat atas 100 tahun RSK Alverno Singkawang.
Posting Komentar untuk "PUNCAK 1 ABAD RUMAH SAKIT KUSTA ALVERNO SINGKAWANG KALIMANTAN BARAT"