SEJARAH MASJID RAYA NURUL IMAN SINGKAWANG
Singkawang Info. Berikut ini, kita akan membahas tentang Masjid Raya Nurul Iman di Kota Singkawang.
Latar Belakang Sejarah
Pada tahun 1870, Kapitan Bawasahib Marican yang berasal dari Distrik Karikal, Calcutta, India, dating ke Singkawang untuk berdatang permata. Saat itu, dia belum mendapat pangkat Kapitan. Tahun 1875, dia diangkat sebagai kapitan di Singkawang oleh pemerintah Belanda. Dia juga bertugas memenuhi ransum bagi tentara Belanda. 10 tahun kemudian, yaitu tahun 1885, Kapitan Bawasahib Marican membangun Masjid Raya di kawasan Pasar Baru (sekarang tidak disebut Pasar Baru). Saat itu, Masjid tersebut tidak ada menara dan berukuran kecil. Ia membangun Masjid Raya di atas tanahnya yang berbentuk segi tiga. Sementara itu, disampingnya terdapat Pekong, tempat ibadah etnis Tionghoa yang didirikan oleh seorang Kapitan dari China. Saat itu, dua orang Kapitan membangun tempat ibadah berdampingan. Meskipun berdampingan, para pengikutnya tetap hidup harmonis dan damai, serta tidak pernah terjadi pertikaian antar etnis dan antar agama. Sekitar tahun 1927, terjadi kebakaran hebat di Singkawang yang membumihanguskan bagunan-bangunan, termasuk Masjid Raya dan Pekong. Kebakaran ini mengakibatkan perekonomian masayarakat tidak dapat berjalan dengan normal. Tahun 1914, Kapitan Bawasahib Marican meninggal dan digantikan oleh keponakannya, yaitu: Cartiker Kapitan Abdul Rajak Marican. Lalu, dia meninggal pada tahun 1932. Posisinya digantikan oleh Kanda SM Maiden sampai tahun 1949. Pada saat itulah, Masjid Raya dibangun kembali di tempat yang sama. Sedangkan Pekong dipindahkan. Dalam pembangunan tersebut, H. Ahmad (anak Kapitan Bawasahib Marican) menyumbang lahan untuk perluasan Masjid Raya. Lalu, BM Hanifah ( anak ke 2 Kapitan Bawasahib Marican) menyumbang pembangunan satu menara Masjid Raya. Pembangunannya dilakukan pada tahun 1953 dengan menggunakan tenaga Jenawi Tahir. Kemudian, BM Khalid Marican (anak ke 3 Kapitan Bawasahib Marican) juga menyumbangkan lahan untuk memperluas area Masjid raya. Meskipun makin luas, bentuk areal tersebut masih segi tiga. Pada tahun, 1973, Masjid Raya kembali direhabilitasi untuk diperbesar. Lalu, pada tahun 1978, diperluas kembali. Kemudian, pada tahun 2007, Masjid Raya direnovasi secara total hingga sekarang masih berlangsung.
Deskripsi Bangunan
Secara umum, arsitektur Masjid ini berlantai 2 ini mengikuti tipologi arsitektur Masjid di Asia Barat dengan ciri kubah, minaret (menara yang berjumlah dua buah), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif dengan elemen geometris dan obelisk untuk memperkuat ciri ke-Islaman para aksitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk yang berupa portal dan hiasan geometris serta obelisk sebagai ornament. Nilai arkeolog yang tetap ada adalah sebuah menara yang terletak di sisi kiri bangunan yang meskipun sudah berkali-kali direnovasi, masih tetap dipertahankan.
Kondisi Lingkungan
Saat ini, Masjid Raya Nurul Iman Singkawang adalah bangunan monumental karena menara kembarnya merupakan bangunan tertinggi di Kota Singkawang.
Sumber: Buku Singkawang Heritage 2015